UNTUK LEBIH BAIK

Senin, 16 Juli 2012

Memangnya kalo nggak pacaran, kenapa sih?

Memangnya kalo nggak pacaran, kenapa sih?
=============================

Penasaran saya.....

Wara wiri di jejaring sosial membuat saya jadi melihat ‘timbul tenggelamnya’ status anak muda jaman sekarang.

Status disini bukan postingan, tapi status yang berupa ‘in relationship with, engaged with, married with,..” ato bahasa Indonesianya “berpacaran dengan, bertunangan dengan, menikah dengan..”

apa ya yang dibanggakan oleh orang yang di fb nya terpampang “berpacaran dengan fulan/fulanah” (di luar kasus mereka yang sebenarnya sudah menikah, tapi ingin lebih asyik sengaja memasangnya sebagai ‘berpacaran’).

Apakah bangga, apakah keren, apakah terlihat lebih laku daripada mereka yang memasang status ‘lajang’, dengan usia yang masih belasan ato dua puluhan? hmm.. apakah seperti itu membanggakan?

Kalo saya justru menganggap itu bahan olok2an saja. Bayangkan, kalau sebulan statusnya berubah-rubah, lajang-berpacaran-lajang-berpa
caran dst.. dengan nama yang berbeda-beda pula. Beuh… kayak piala aja digilir…

Dan seluruh dunia tau (minimal orang-orang di daftar friendlistnya), kalo si A sudah “BEKAS” nya si B, si C, si D,…

itu membanggakankah? .....hmm…….

Sungguh, besar sekali efek yang ditimbulkan media, infotainment, sinetron, film, majalah. Yang berkali-kali memblow up pasangan yang berpacaran, yang digambarkan enak-enak, ada yang memberi perhatian, menemani kemana-mana, ‘yank-yank’ an di wall, biar seluruh dunia tahu,, (haduh….gubyaakksss....)

Ini penyakit menurut saya. Bukan perkara pacaran yang ada batasannya ataukah masih nggak neko2, kalo pada yang pengen beralasan. Tapi ini masalah etika, moral dan kebiasaan.

Apa yang anda pikirkan tentang pacaran?

Berduaan. Boncengan. Gandengan. Cium-an. Pegang-pegangan. Peluk-pelukan. dan yang sampai pada batas maksimal adalah : mamah-papah an atau uacchh acchh-an...(lebih dari panggilan, tentunya.....)

astaghfirullah…...

Tidak heran kalau baru saja teman saya, seorang bidan memberi kesaksian langsung pada saya :

“Mbak, waktu saya ditugaskan praktek dengan seorang dokter (yang memang sudah buruk imejnya, melayani pasien aborsi), sehari bisa melayani pasien 5-6 orang.”

Bayangkan..! naudzubillah..
Ya Rabb… Dan apa yang mengawali itu semua kebanyakan ?
Ya, tepat sekali. Pacaran. dengan level naik seperti yang saya sampaikan tadi.

Menurut pengamatan saya (bukan sebagai pelaku, alhamdulillah, sebab saya menikah sebelum pernah merasakan pacaran yang haram), pacaran ada beberapa macam :



1. Pacaran untuk menikah
=================
Ini masalah niat. Jadi memang sejak awal, berkomitmen untuk menuju jenjang yang lebih ‘serius’. Karena jenjang pacaran ‘kurang serius’. Tapi permasalahannya, tidak sedikit akhirnya tidak berujung pada pernikahan, malah putus di tengah jalan. Memang belum ada data ilmiah berapa persentase yang bisa lanjut, tapi sekali lagi, komitmen ikatan ini lemah. Bisa putus sewaktu2.

Kalau begini, statusnya setelah putus tetap ‘mantan pacar’ kan?? masak ‘mantan calon istri/suami?’

2. Pacaran untuk status
===============
Biasanya ini pelakunya ABG. siswa SD, SMP, SMA, bahkan kuliah. Sebab jelas, tidak mungkin niatnya mau menikah. Alasannya untuk teman ngobrol, menambah semangat belajar, kesepian dll (padahal ini hanya kedok, dengan sesama laki-laki atau perempuan sebenarnya juga bisa). Kalau ditanya tentang keseriusan hubungan mereka “Ya, jalani ajalah… kita kan nggak tau apa yang terjadi nanti..”.

Waduh, apa bedanya dengan barang ‘sewaan’? Kalo dah bosen, kembalikan aja. Yang lebih kasar lagi, buang aja.

Sebab hubungan ini hanya untuk pengakuan. Jaman sekarang jomblo artinya gak laku. Padahal yang benar, ‘barang laku’ itu kalo dibeli. Kalo cuma dicoba berarti tetap belum laku.

3. Pacaran untuk nafsu
===============
mungkin ini taraf pacaran paling parah. Mencari pasangan hanya untuk memuaskan nafsu saja. naudzubillah..

Komitmen, kesetiaan, perasaan, tidak digunakan sama sekali disini. Saya menjumpai dan mendengarkan secara langsung seorang remaja laki-laki yang terus menerus aktif mengamati perempuan yang dia rasa menarik (secara fisik) untuk dia jadikan pacar. Hanya untuk memuaskan dia. Dan yang jelas setelah bosan, dan pernah merasakan otomatis dia buang. Bahkan dengan terus terang, cowok ini tau mana cewek yang ‘sudah bekas’ ato masih ‘original’. Pastinya, sasaran empuk adalah mereka yang sudah bekas.

Dunia yang sangat mengenaskan. Tapi inilah realitanya.

Islam mengatur dengan jelas batasan interaksi laki-laki dan perempuan. Berkali-kali mengatakan bahwa pacaran adalah jembatan untuk berzina. Karena memang benar. 110% benar. Akurat, terpercaya.

Dilihat dari sudut manapun, pacaran adalah gerbang menuju zina. Setan punya banyak cara untuk menggoda manusia. Apalagi dua orang laki2 perempuan bukan muhrim, dalam satu tempat yang sepi.

Awalanya menganggap pegang tangan biasa, kemudian nambah lagi cium pipi biasa, pipi sudah bibir lanjut yang kena. Otomatis kalau sudah ciuman bibir, tangan sang laki-laki akan bergerilya. Terus, dan terus…

Sekali mencoba, terlanjur, akhirnya diteruskan saja.

Ini sudah klise saya pikir. Tapi tetap saja banyak yang kena.

Dan memang, yang haram-haram itu enak. Tapi cuma sementara. Selanjutnya hanyalah rasa bersalah dan ketidak tenangan yang didapat.

Berbanggalah yang tetap berpegang teguh pada prinsip “Pacaran hanya berlaku setelah menikah”. Sebab hingga tiba waktu bertemu jodohnya, dia akan tetap berharga.

Jika dikiaskan, ketika diminta memilih, anda memilih BARANG BEKAS, atau BARANG BARU?

anda ingin menjadi BEKAS, atau menjadi BARU?

“Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26)

wallahu’alam bishowab…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar