UNTUK LEBIH BAIK

Rabu, 02 November 2011

Rahasia Demokrasi penuh dengan kemaksiatan


Sabtu 29 Oktober  lalu desa tercinta melaksanakan pesta demokrsi “kemaksiatan” yang sangat terbuka dan nyata nyata diperlihatkan kepada rakyat. Pertama sebelum hari H untuk memilih siapa yang menjadi pemimpin desa tersebut? Mereka para calon membagi kan uang kepada seluruh rakyat satu desa tanpa sembunyi sembunyi dan dilakukan pada siang hari serta juga sembako. Kedua nya adalah ketika para perangkat desa menjadi ikut campur tangan dalam pemilihan tersebut dengan cara mengintervensi rakyat. Seperti saudara saudara mereka atau pengikut pengikutnya.


Perlu diketahui di daerah desa seseorang dipilih jadi pemimpin bukan karena kecerdasanya tetapi sebanyak dia mempunyai saudara di desa tersebut. Mau ber gelar Sarjana kalau tak punya saudara tidak akan menjadi pemimpin. Ada juga karena siapa orang tua nya apakah dia juga dulu penguasa desa terbut ada dekat kampong ane yang begitu.

Lanjut ke bahasan diatas cari yang ketiga adalah ketika pemilihan kades adalah  judi yang ternyata masih popular dikalangan masyarakat desa sangat disayang kan sekali tidak tercium oleh pak Aparat [baca:keparat] yang pada kenyataannya juga berjalan jalan berkelompok menggunakan senjata api sebagi hiasan dada. Jenis judi nya ada yang unik pertama ketika suara pertama yang dihitung kedua hitungan dibawah 25an atau diatas 50an dan yang terakhir adalah siapa yang menang.
Seperti judul diatas kemaksiatan semua yang terjadi bukan lagi sebagai rahasia public tetapi sudah menjadi hal biasa dalam setiap pemilihan kepala desa karena itu, kaum muslimin diharamkan secara mutlak mengambil, menerapkan dan menyebarluaskan demokrasi.
           
Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang dibuat manusia, dengan tujuan untuk membebaskan diri dari kezhaliman dan penindasan para penguasa terhadap manusia atas nama agama. Demokrasi adalah suatu sistem yang bersumber dari manusia. Tidak ada hubungannya dengan wahyu atau agama.

            Kelahiran demokrasi bermula dari adanya para penguasa di Eropa yang beranggapan bahwa penguasa adalah Wakil Tuhan di bumi dan berhak memerintah rakyat berdasarkan kekuasaan Tuhan. Mereka beranggapan bahwa Tuhan telah memberi mereka kewenangan membuat hukum dan menerapkannya. Dengan kata lain, penguasa dianggap memiliki kewenangan memerintah rakyat dengan peraturan yang dibuat penguasa itu sendiri, karena mereka telah mengambil kekuasaannya dari Tuhan, bukan dari rakyat. Lantaran hal  itu, mereka menzhalimi dan menguasai rakyat —sebagaimana pemilik budak menguasai budaknya— berdasarkan anggapan tersebut. sumber kemunculan sistem demokrasi seluruhnya adalah manusia, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan wahyu atau agama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar